Menu
Close
Muhammadiyah Daerah

Sleman

MPW Rakernas dan Majelis Mata Air

MPW Rakernas dan Majelis Mata Air

Smallest Font
Largest Font

Jogja,>
Rakernas MPW diselenggarakan pada Jumat-Ahad, 27-29 Oktober 2023. Awalnya direncanakan di UMS-Solo. Kebetulan Pak Ari anggota Dewan Pakar MPW adalah dosen senior di UMS. Ternyata UMS sudah menjadi tuan rumah Rakernas beberapa Majelis-Lembaga. Pilihan kedua Asrama Haji Pondok Gede-Jakarta. Kebetulan juga Dirjen PHU Kemenag yang membawahi Asrama Haji adalah Bendahara Umum PPM yang membawahi MPW PPM. Ternyata tidak ada kesesuaian waktu. Untungnya Bank Indonesia sedang menyelenggarakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Ketua MPW Buya Amirsyah berhasil mensinergikan Rakernas dengan agenda-agenda ISEF. Maka Rakernas diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) lokasi ISEF. Peserta diinapkan di Hotel Millenium. Maka kali ini MPW boleh berbangga. Rakernas Majelis yang dikenal kaya asset tapi miskin cash flow ini berlangsung di lokasi sangat prestisius di ibukota.


Pembukaan Rakernas berlangsung di Assembly Hall JCC yang megah. Nampak hadir Ketum PPM Prof Haedar Nashir, Bendum PPM Hilman Latief, Wakil ketua MPR Hidayat Nur Wahid, dan Direktur Bank Indonesia Juda Agung. Acara diawali lagu Indonesia Raya dan Sang Surya yang selalu menggetarkan. Lalu ditampilkan Kembang Kemayoran tarian yang rampak yang mencerminkan kekompakan yang dinamis oleh siswa SMA Muhammadiyah 3 Kebayoran-Jakarta. Lebih menggetarkan lagi firman Allah yang dibacakan qari Nefra Rizki, salah satu pimpinan MPW. “… Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya. Ketahuilah Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Albaqarah 267). Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai… (Ali-Imran: 96).”

Selanjutnya Mashuri Masyhuda, Sekretaris MPW PPM, menyampaikan laporan sebagai Ketua Panitia. Sebelum Pembukaan Rakernas dilaksanakan “TOT SIMAM dan Manajemen-Akuntansi Wakaf.” Sebelum TOT juga terselenggara dua seri Pra-Rakernas. Seri-1 pada 15 Oktober bertema “Sertifikasi dan legalitas Aset Wakaf Muhammadiyah.” Pematerinya Pak Budi Pahlawan (Wakil Ketua MPW PPM) dan tim MPW Jawa Timur. Acara ini diikuti lebih 450 peserta. Seri-2 berlangsung 22 Oktober dengan tema “Akselerasi Pendayagunaan Wakaf untuk Penguatan Ekonomi Ummat dan Bangsa.” Acara ini diisi Prof Raditya Sukmana (Dewan Pakar MPW) dan Prof. Moh Hakimi dari UKM Malaysia. Pada sesi ini juga dilakukan sosialisasi mekanisme advokasi dan pelaporan asset wakaf Muhammadiyah berpotensi sengketa dan yang belum atas nama Persyarikatan. Sebagai moderator aku memandu dua acara online ini dari Pusat Syiar Digital Kantor PPM, Jalan Cikditiro-Jogja.

Sambutan Ketua MPW PPM disampaikan Buya Amirsyah Tambunan. Buya Amirsyah menyampaikan Rangkaian Rakernas sudah berjalan sukses. Dengan Rakernas MPW ingin menguraikan berbagai permasalahan perwakafan di Persyarikatan yang dihadapi agar memberi kontribusi pada pendayagunaan wakaf. Salah satu masalah adalah nazir yang dimiliki banyak yang tidak kompeten. Singapura yang kecil, misalnya, memiliki 130 Triliun asset wakaf. Indonesia yang besar seakan tidak memiliki apa-apa. Bahkan BWI saja baru mengelola satu rumah sakit mata. Perwakafan dalam Persyarikatan berputar pada persoalan tata kelola. Terutama masalah nazir itu. Maka diperlukan penguatan tata kelola wakaf. Baik manajemen maupun kelembagaan. Dalam hal ini diperlukan lembaga sertifikasi-LSP. Lembaga ini diharapkan menggodog SDM guna optimalisasi pendayagunaan wakaf ke depan. Pada sisi lain percepatan memerlukan lompatan. Untuk itu MPW melakukan perjanjian dengan pihak-pihak terkait.

Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengucapkan selamat atas Rakernas ini. Diharapkan dalam acara ini bisa ditentukan langkah-langkah untuk menjalankan keputusan Muktamar. Sehingga tidak perlu banyak teori apalagi membuat program baru. Tentu setiap akhir periode ada masalah klasik soal wakaf. Bahwa potensi yang kita miliki tidak terkelola dengan baik dan tidak optimal produktif. PPM menamai majelis ini Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW) dengan harapan ada proses kerja sistematik mendayagunakan potensi wakaf yang besar itu. Maka tugas utama MPW adalah menyelesaikan agenda-agenda potensial yang menjadi masalah rutin dan klasik terkait lahan-lahan wakaf Persyarikatan. Memang masalah ini begitu pelik. Silahkan dayagunakan wakaf dengan berbagai program, termasuk akselerasi wakaf produkti. Meski sudah banyak yang sudah kita kelalola dengan baik dan memberi kemanfaatan pada Persyarikatan kita.

Tetapi pada saat yang sama perlu ada organ nazir yang bisa mengkapitalisasi pontensi wakaf. Dalam hal ini MPW tidak bisa langsung sigap karena memiliki agenda-agenda yang bersifat birokratis. Syukur kalau MPW bisa menjalankan langsung. Dulu Lazismu direvitalisasi sehingga terjadi lompatan penghimpunan. Demikian juga dengan MDMC. Agenda lainnya adalah merevitalisasi MPW Wilayah, Daerah, dan Cabang. Perkembangan mereka tahun pertahun perlu dipantau. Pada sisi lain Muhammadiyah merupakan organisasi yang memilili kapasitas kuat berdasar kemandirian. Untuk itu MPW harus terkoneksi dengan Majelis lain guna membangun kapasitas organisasi pada level unggul. Kita ingin organisasi sebagai instrumen yang mudah, dinamis, progresif, dan menjadikan Muhammadiyah unggul dalam berbagai aspek. Dengan demikian bisa dibangun berbagai amal usaha dari Aceh sampai Papua dengan mandiri.

Kalau MPW ingin akselerasi atau berlari kencang tentu kita dukung. Tetapi jangan pula karena terlalu melihat ke depan lupa potensi yang dimiliki. Dalam hal ini jangan mudah menyimpulkan hal-hal yang artifisial. Apalagi melakukan kritik tanpa berbuat sesuatu. Jangan hanya lega hanya dengan menulis di medsos. Sedangkan banyak pihak luar takjub pada apa yang kita miliki. Mereka tidak membayangkan sebuah organisasi nirlaba bisa memiliki potensi sebesar ini. Itu bersumber dari ethos sedikit bicara banyak bekerja. Tetapi kita juga tidak boleh lengah. Di tengah dinamika baru kini ada banyak organisasi yang memiliki kemampuan konglomerasi yang kuat. Mereka bisa membuat sesuatu yang lebih baik. Juga kekuatan dari luar negeri atau lembaga baru yang memiliki kemampuan serupa. Kalau kita tidak meningkatkan kapasitas kelola maka kita bisa menjadi lambat dan berada di zona nyaman. Lalu kita akan mulai dikalahkan mereka.

Selanjutnya menurut Ketum, Muhammadiyah memiliki potensi dan marwah yang besar. Tentu jika kita mampu mengelolanya. Maka harus ada upaya akselerasi. Mungkin ini jalan sepi. Jauh dari sorotan publik. PP Muhammadiyah kini juga tidak hanya menunggu dari Wilayah atau Daerah. PP Muhammadiyah juga memiliki program strategis dari pusat langsung. Maka kita perlu mengkapitalisasinya. Ini memerlukan kepemimpinan transformarif. Kepemimpinan yang mampu memobilisasi potensi, membangun kapasitas organisasi, membangun keunggulan, dan mampu mengagendakan masa depan. Inilah yang perlu menjadi perspektif kepemimpinan masa depan Muhammaduyah. Ini juga merupakan pesan Muktamar ke 48 yaitu Muhamadiyah yang berkemajuan.

Dalam konteks pembangunan eknomi ummat Prof Haedar meminta jangan menjadi kader kagetan. Kader yang reaktif atas perkembangan. Jangan seperti orang yang berada dalam organisasi pinggiran. Kader Muhammadiyah harus matang, cerdas, dan memiliki karya besar dalam membangun bangsa dan negara. Baik dalam pernyataan maupun gerakan dalam berbagai aspek kehidupan kebangsaan. Kita harus mulai dari melakukan perencanaan dan langkah-langkah strategis. Dengan standar minimal kini 25 juta orang miskin. Ini memerlukan langkah besar yang siatematis dan jangka panjang. Tidak bisa instan. Untuk ini semua diperlukan kerja lapangan yang terencana dan luas. Jadi ini gerakan struktural yang memerlukan aktivis, kader, pelaku, tokoh, yang bisa membaca realitas yang kompleks. Lanjut Ketum “saya yakin MPW bisa mentransformasikan apa yang saya sampaikan. Sehingga bisa melahirkan program-program yang konstruktif.”

Selanjutnya Bendahara Umum PP Muhammadiyah Prof Hilman Latief menekankan untuk berpikir jangka panjang. Jauh ke depan. MPW harus memulai langkah mewujudkan mimpi besar. Kita tahu bahwa Persyarikatan sudah seratus sebelas tahun. Dalam muktamar satu abad ada pertanyaan satu abad kedapan depan apa kontribusi Muhammadiyah. Keputusan-keputusan hari ini dampaknya akan terasa bukan hari ini juga. Tapi tiga puluh tahun ke depan. Jadi ini adalah investasi masa depan Persyarikatan. Tidak bisa instan. Sama dengan kini kita menikmati AUM besar saat ini. Penanamnya adalah senior kita dulu yang namanya mungkin kini tidak disebut lagi. Tetapi itulah yang menjadi jariyah kita. Kita juga perlu membingkai dan mengkomunikasikan ke masyarakat internasional bahwa yang kita lakukan itu juga terkait dengan pencapaian SDGs.

Ruang Sidang Nuri, Jakarta Convention Center, Ahad, 29 Oktober 2023. Menjelang asar semua sidang Rakernas MPW usai. Ketua MPW Buya Amirsyah Tambunan menyampaikan sambutan sekaligus menutup acara secara resmi. Para hadirin berada dalam semangat tinggi. Semangat merubah citra majelis air mata menjadi majelis mata air. Mereka on fire untuk pulang dan menggerakkan MPW di wilayah masing-masing. Antara lain dengan segera menyelenggarakan Rakerwil. Sebagai pimpinan sidang, aku membuat beberapa catatan simpulan Rakernas. Seperti biasa berbentuk pantun. Kali ini tiga bait yang memancing kegembiraan.

Sungguh segar si buah nanas/apalagi dimakan di hari panas/
Rakernas kita sudahlah tuntas/keputusan yang dibuat sungguh sangat bernas.
Dari Senayan jalan ke Penjaringan/jalan bersimpang di Kampung Rambutan/
rumusan-rumusan perlu disempurnakan/di atas itu semua adalah dilaksanakan.
Dari Kramat menuju Jatinegara/Stasiun Gondangdia mana bisa dilupa/
Selamat jalan para peserta/berjumpa keluarga lalu gerakkan MPW kita.

KHA Dahlan 103-Jogja, 04 November 2023
Mahli Zainuddin Tago

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Artikel Terkait