Menu
Close
Muhammadiyah Daerah

Sleman

MALAM SERIBU KISAH

MALAM SERIBU KISAH

Smallest Font
Largest Font

Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 13).

Sore sudah berganti malam. Adzan Isya sudah lewat beberapa saat.

Kami masih fokus di Posko Wisma Ngloji. Tetap dengan kekuatan penuh.

Tiba-tiba, di group saksi SQ Minggir ada barita masuk.

“Kalau mau nyerahkan hasil salinan C1 kemana ya ?”, tanya seorang saksi.

Saya segera menjawab : “Ke Posko Ngloji. Serahkan ke kordesnya masing masing. Setelah menerima salinan C1 hasil, kordes akan menyerahkan uang transport saksi”.

Tiba tiba, Mas Fathan memberitahu saya : “Pak Dwi, nyuwun sewu. Mohon sekalian disampaikan ke saksi. Bahwa salinan C1 hasilnya, sebelum diserahkan ke Ngloji harus sudah ditandatangani oleh KPPS serta seluruh saksi DPD di TPS yang bersangkutan”.

“Oke. Mas. Makasih”, jawab saya.

“Satu lagi Pak. Bahwa salinan C1 yang ditanda tangani itu jumlahnya 3 lembar”, sambung Mas Fathan.

Maka, buru buru, saya segera memberikan pengumuman di Group saksi SQ Minggir, terkait dengan hal tersebut.

Waktu terus merangkak.

Tim IT dan kordes Sendangarum nampak sudah mulai melakukan pengecekkan ulang. Tanda bahwa di tim mereka, pekerjaannya sudah hampir rampung.

Tapi, masih ada beberapa tim di ranting lain yang masih sibuk. Salah satunya justru di ranting Sendangmulyo. Yang adalah tim bagian saya dan Raihan.

“Ada kendala apa Mas ?”, tanya saya ke Mas Fathan.

“Ini masih ada 3 orang saksi yang sama sekali belum kirim data dan foto C Plano Pak”, jelasnya.

“Saksinya sudah dihubungi kah ?”, tanya saya.

“Mas Raihan sudah beberapa kali WA dan nelpon saksinya. Tapi tidak terhubung”, jelasnya.

Di>

“Apakah opsi terakhir sudah ditempuh ?”,:tanya saya.

“Wah maaf Pak. Kayaknya saya tidak ada teman yang menjadi KPPS di TPS tersebut”, jelasnya.

“Oke… Oke… Kalau gitu, kita akan turun ke TPS tersebut”, kata saya.

Maka, saya dan Raihan, terpaksa turun. Meluncur ke TPS yang bermasalah tersebut.

Tak butuh waktu lama, kami sampai lokasi. Raihan menemui saksi Syauqi di TPS. Mereka terlibat perbincangan. Saya berada di kejauhan. Nampak, Raihan agak kewalahan.

Sayapun mendekat. Ikut dalam pembicaraan. Ternyata, si saksi tidak membawa HP. “Nembe kula chas Pak !”, katanya.

Saya langsung jelaskan ke bapak saksi : “Njenengan mangkih, langsung kondur mawon. Mendhet HP ne. Lajeng, nika lembaran C1 Plano nika sing ditempel teng ngajeng nika, mang foto. Terus mang kirim teng nggene HP ne Mas Raihan niki nggih”.

“O nggih Pak. Matur nuwun. Mangkih kula pendhete”, sambungnya.

“Sak estu lho Pak nggih ! Kula tengga !”, tegas saya.

Kamipun meluncur pulang. Balik ke posko Ngloji.

Waktu terus merambat. Tak bisa dihadang, walaupun sesaat. Semakin malam.

Tiba tiba, di Group saksi SQ Minggir,
“Mohon info. Ini ternyata salinan C1 hasilnya belum bisa kami dapatkan. Kata panitia, nanti diberikan ke saksi, menunggu penghitungan suara selesai semua”, kata seorang saksi.

Dan, setelah itu, Group Saksi SQ Minggir bertambah riuh. Banyak saksi yang memberikan komentar senada.

“Pak Dwi, mohon kebijakannya. Kalau seperti itu, kami bisa nunggu sampai tengah malam ini”, sela seorang saksi.

“Sampai Subuh, bisa bisa belum selesai ini Pak !”, kata yang lain lagi.

Saya segera tanggap. Saya berikan pengumuman di Group saksi SQ :

“Terkait dengan pengumpulan salinan C1, Posko Ngloji akan buka 24 jam. Nanti akan ada petugas yang berjaga”.

Tiba tiba, kordes Sendangrejo, Mas Nur Sahid menghampiri saya.

“Pak, ini ada beberapa saksi kami, yang sampai dengan saat ini masih nunggu salinan C1. Kasusnya sama dengan yang lain. Mereka belum dikasih salinannya”, katanya.

“Maksud saya begini Pak. Berhubung beberapa saksi kami, terutama yang ibu ibu dan yang sepuh sepuh itu, mereka kalau nunggu sampai tengah malam atau bahkan pagi besok, kan kasihan”.

“Ini kami hanya menyampaikan usulan yang datang dari mereka. Apakah boleh, misalnya mereka malam ini pulang dulu. Dan salinan C1 nya baru akan diambil besok pagi. Lalu, akan diserahkan ke Ngloji besok pagi juga”.

Setelah mendengarkan usulan Mas Nur Sahid itu, saya lalu berdiri. Berjalan menyeberang ke ruang sayap Utara. Tempat para senior kordes dan ketua TPC berada.

Saya sampaikan masukan dari mas Nur Sahid itu. Semua senior kordes mendukung. Dan menyepakati. Bahwa :

  1. Kita sepakati, pelayanan penyerahan salinan C1 hasil dibatasi sampai maksimal jam 24.00. Oleh karena itu Ngloji akan ditutup pada pk. 24.00.
  2. Penyerahan salinan C1 hasilnya akan dilayani kembali keesokan harinya.

Berbekal hasil kesepakatan dengan senior kordes dan ketua TPC tersebut, sayapun segera menelpon Mas EnKa. Panjang lebar saya ceritakan kepadanya. Mas EnKa juga menyetujui kesepakatan itu.

Saya sempat membaca suasana Group Saksi SQ Minggir. Nadanya tetap sama. Mereka menginginkan ada kebijakan.

Berbekal tambahan informasi itu, maka saya segera putuskan untuk mengumumkan kesepakatan antara semua tim TPC SQ.

“Mohon maaf nggih Bapak Ibu, Mas Mbak saksi SQ. Kami tidak bisa memberikan kebijakan, seperti yang Anda semua harapkan. Sampai saat ini, kami masih berpegang pada kebijakan TPD. Bahwa salinan C1 nya harus ditandantangani dulu. Baru kemudian diserahkan ke Posko”.

“Berdasarkan usulan dari beberapa saksi sendiri serta kesepakatan dengan seluruh anggota TPC SQ Minggir, maka kami putuskan : Posko Ngloji akan ditutup pada pukul 24.00. Sehingga penyerahan salinan C1 maksimal akan dilayani sampai jam 24.00”.

“Selanjutnya, Ngloji akan dibuka kembali besok pagi”.
(*)

Minggir, 25 Feb. 2024
Selepas pulang dari sawah.

Uwik DS.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Artikel Terkait