Menu
Close
Muhammadiyah Daerah

Sleman

INJURY TIME

INJURY TIME

Smallest Font
Largest Font


Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 9)
Tiga hari sebelum hari H, tepatnya di Hari Ahad, Kang Darojad memberi undangan. Mengumpulkan perwakilan kordes dan Tim IT se TPC di Sleman Barat. Tempatnya di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan.

Saya mengutus 9 orang perwakilan tim IT dan kordes ke acara itu. Saya sendiri tidak bisa hadir. Pada waktu yang sama, ada undangan ke Aula PWM DIY. Saya membersamai Ketua PCM Minggir. Acara penerimaan hadiah pemenang Stand terbaik di ajang MJE 3. Dimana, PCM Minggir dinobatkan sebagai juara 2 Stand terbaik tingkat DIY.

Acara di Moyudan itu khusus tentang bimtek IT. Terutama terkait dengan strategi penggunaan aplikasi Relawan Syauqi ketika nanti akan digunakan di hari H.

Saya bisa membayangkan betapa pentingnya penguasaan aplkasi Relawan Syauqi itu.

“Mas, bagaimana sebetulnya strategi penggunaan aplikasi Relawan Syauqi tersebut ?”, tanya saya ke Mas Fathan, salah seorang kordes dan sekaligus pakar IT di PCM Minggir.

Mas Fathan menerangkan dengan rinci dan runtut.

Alhamdulillah, saya sedikit lega. Paling tidak, tentang aplikasi Relawan Syauqi kita sudah bisa kuasai.

Sehari sebelumnya, saya dapat undangan ke PDM Sleman. Mengambil dana amunisi untuk saksi Syauqi.

Alhamdulillah. 50 % amunisi untuk saksi sudah di tangan.

“Bagaimana dengan sisanya yang 50% lagi ?”, batin saya.

Pak Ketua TPC SQ lalu berinisiatif. Kami maraton. Setelah dari PWM DIY, maka diundanglah semua ketua PRM, ketua PCA, perwakilan RRA, kordes dan relawan. Membalas hal yang sangat penting. Yakni : mencari solusi mendapatkan sisa 50% lagi dana untuk saksi. Pun, bagaimana menyiapkan konsumsi ketika hari H serta mendistribusikannya sampai ke saksi di semua TPS. Sekakigus juga konsumsi untuk petugas yang berjaga di Posko Ngloji.

Alhamdulillah, rapat koordinasi itu menghasilkan point point yang sangat positif. Nampaknya, semuanya sudah terkondisi dengan baik.

Hari terus berganti. Tibalah saat hari H – 1.

Entah mengapa. Semakin mendekati hari H, saya masih saja khawatir. Padahal, sepertinya, semuanya sudah “in line’. Bergerak senada seirama. Berjalan searah dan segaris.

Formasi komplit. Pekerjaan sudah terbagi dan terdelegasikan dengan cukup matang. Satu lagi, sayapun sudah bisa menguasai aplikasi Relawan Syauqi itu.

Sepertinya masih ada satu hal yang mengganjal. Tapi entah apa ?

Ketika itu, kami sekeluarga baru saja “nderekke” Budhe nya anak anak. Mengantar ke Stasiun Tugu. Budhe nya anak anak “nglegakke” berkunjung ke rumah Jogja. Sekalian ngantar Fadhli, anak mbarep saya, mudik ke Jogja. Ia mudik sekalian mau nyoblos.

Di sela perjalanan pulang, tiba tiba HP saya bergetar. Ada WA masuk.

“Assalamualaikum wrwb. Pak Dwi, nyuwun pangapunten sanget. Niki kula badhe mundur saking saksi Syauqi nggih Pak ?”, isi WA nya.

“Wa alaikum slm wrwb. O nggih pak. Niki sinten nggih ?”, tanya saya.

“Kula Pak Fauzan. Saksi TPS 07. Sembuhan Kudul. Nyuwun ngapunten estu nggih Pak. Niki ndilalah omten acara mendadak sing mboten saget diwakilkan”, jelasnya.

Saya>

“Mungkin inilah jawaban kegelisahan saya”, saya sedikit berbisik.

Rupanya, Mas Antok mengerti dengan perubahan saya. Sambil pegang kemudi, ia bertanya : “Ana apa e Cak ?”.

“Wah iki lho. Ana saksi sing tiba tiba mundur. Padahal ming kari sedina iki je”, kata saya.

“Sapa sing mundur ?”, tanyanya.

“Pak Fauzan. TPS 07. Sembuhkan Kidul”.

Suasana hening. Tapi tidak lama kemudian,

“Ngene wae. Anak lanang kuwi dikon ngganteni dadi saksi. Piye ? Eh, Fadhli, kamu mau jadi saksi kah ?”, tanya Mas Antok.

“Saksi apa, om ?”, jawab Fadhli.

“Saksi DPD Syauqi. Kamu cuma duduk dan memantau di TPS saja. Lumayan dapat uang transport.

Akhirnya, Fadhlipun bersedia. Bimtek pun dilakukan di dalam mobil. Yang membimtek : ibunya.

Sampai di rumah, saya sengaja memberi info lewat Group Saksi SQ Minggir. Saya sebutkan bahwa uang transport Saksi Sauqi akan dicairkan besok. Setelah saksi menyerahkan berkas C1 Hasil suara DPD Syauqi.

Tiba – tiba, Group WA itu langsung ramai. Banjir komentar. Saya sempat membaca beberapa komentar.

“Alhamdulillah. Terima kasih pak”, tulis seorang saksi.

Tapi, ada juga yang berkomentar bernada unik.

“Wah, seandainya separoh bisa cair malam ini kan lumayan. Bisa untuk nyicil kebutuhan lain lain”, katanya.

Pun, ada juga komentar lain. Yang senada.

Setelah membaca beberapa komentar, HP saya letakkan. Saya mengalihkan perhatian ke lain aktivitas. Selama hampir satu jam saya mencuci tumpukan pakaian menggunung. Yang sudah beberapa hari tertunda.

Rupanya, selama saya tinggal, suasana di group “sempat menghangat”.

Beberapa komentar tidak sempat saya baca. Rupanya beberapa chat yang “hangat” itu sudah dihapus.

Ada dua komentar yang mendominasi. Salah satunya komentar Mas Yoga dan salah seorang saksi.

Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang njapri saya : “Nyuwun sewu Mas Dwi. Wah, niki wau group e rada panas Pak. Nanging, sak niki sampun adem kok”,

“Wah nggih e. Niki wau kula tinggal umbah umbah. Jebul kathah komentar sing mpun dihapus. Onten napa e Mas ?”,

“Mboten onten napa napa kok Mas. Sing jelas niki wau mpun adem”, jelasnya.

“O nggih. Alhamdulillah”, sambung saya.

Tiba-tiba, ia melanjutkan komentar :

“Mas, nyuwun sewu. Mas Yoga itu di Tim SQ posisine dados napa nggih ?”

Saya sempat tercekat beberapa saat. Tapi kemudian :

“Mas Yoga itu relawan senior”, tegss saya.

Akhirnya, kegelisahan saya terjawab sudah. Justru di saat saat akhir menjelang hari H.

Saat “injury time” seringkali menjadi masa masa mendebarkan.
(*)

Minggir, 23 Feb. 2024.
Bada Maghrib,

Uwik DS.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Artikel Terkait